BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sunday, January 31, 2010

Adakah Wanita yang Berdosa??



Selawat dan salam keatas junjungan besar Rasulullah. Dan bersyukur diatas segala nikmat yg Allah kurniakan keatas kita, hamba yg selalu leka, namun Dia, zat Yg Maha Agung sentiasa menyayangi hamba- hambanya..
Sebenarnya, sy masih baru dalam ruangan blog ini.. sy tak tahu nak mengisi apa diruangan ni, tapi sy tahu arah mana yg sy ingin tuju dalam menulis di ruangan ni..

Sy lebih suka menganggap ruangan ni tempat sy bercerita sepertimana saya sentiasa bercerita kepada rakan-rakan. Tempat sy merenung diri saya dalam apa yg saya tulis dan dalam apa sahaja ilmu yg sy jumpa dan ceritakan di ruangan ini...Jadi, untuk permulaan, sy sertakan ilmu yg sy jumpa tentang wanita iaitu Hawa, yg berada di sisi Adam. Maaf sy ucapkan kerana ilmu ini sy kongsikan dan diambil daripada fatwa-fatwa kontemporari Yusuf Qhardawi, supaya sy juga dapat menghayati semula kejadian diri sebagai soerang WANITA ISLAM..


Ada pendapat yang mengatakan bahwa ibu kita, Hawa, merupakan
penyebab diusirnya bapak kita, Adam, dari surga. Dialah yang
mendorong Adam untuk memakan buah terlarang, sehingga mereka
terusir dari surga dan menyebabkan penderitaan bagi kita
(anak cucunya) di dunia.

Pendapat ini dijadikan sandaran untuk merendahkan kedudukan
kaum wanita. Berlandaskan peristiwa tersebut, wanita sering
dituding sebagai cikal bakal datangnya segala musibah yang
terjadi di dunia, baik pada orang-orang dahulu maupun
sekarang.



WANITA -seperti ibu kita Hawa - yang harus bertanggung jawab
atas kesengsaraan hidup manusia, dengan mengatakan bahwa
Hawa yang menjerurnuskan Adam untuk memakan buah terlarang
... dan seterusnya, tidak diragukan lagi adalah pendapat
yang tidak islami.

Sumber pendapat ini ialah Kitabb Taurat dengan segala bagian
dan tambahannya. Ini merupakan pendapat yang diimani oleh
kaum Yahudi dan Nasrani, serta sering menjadi bahan
referensi bagi para pemikir, penyair, dan penulis mereka.
Bahkan tidak sedikit (dan ini sangat disayangkan) penulis
muslim yang bertaklid buta dengan pendapat tersebut.

Namun, bagi orang yang membaca kisah Adam dalam Al-Qur'an
yang ayat-ayatnya (mengenai kisah tersebut) terhimpun dalam
beberapa surat, tidak akan bertaklid buta seperti itu. Ia
akan menangkap secara jelas fakta-fakta seperti berikut ini.

1. Taklif ilahi untuk tidak memakan buah terlarang itu
ditujukan kepada Adam dan Hawa (bukan Adam saja). Allah
berfirman:

"Dan Kami berfirman, 'Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang
banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah
kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk
orang-orang zalim.'" (al-Baqarah: 35)

2. Bahwa yang mendorong keduanya dan menyesatkan keduanya
dengan tipu daya, bujuk rayu, dan sumpah palsu ialah setan,
sebagaimana difirmankan Allah:

"Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula ..." (al-Baqarah: 36)

Dalam surat lain terdapat keterangan yang rinci mengenai
tipu daya dan bujuk rayu setan:


Dalam surat Thaha diceritakan bahwa Adam a.s. yang pertama
kali diminta pertanggungjawaban tentang pelanggaran itu,
bukan Hawa. Karena itu, peringatan dari Allah tersebut
ditujukan kepada Adam, sebagai prinsip dan secara khusus.
Kekurangan itu dinisbatkan kepada Adam, dan yang
dipersalahkan - karena pelanggaran itu - pun adalah Adam.
Meskipun istrinya bersama-sama dengannya ikut melakukan
pelanggaran, namun petunjuk ayat-ayat itu mengatakan bahwa
peranan Hawa tidak seperti peranan Adam, dan seakan-akan
Hawa makan dan melanggar itu karena mengikuti Adam.



Disebutkan pula dalam hadits sahih bahwa Adam dan Musa a.s.
bertemu di alam gaib. Musa hendak menimpakan kesalahan
kepada Adam berkenaan dengan beban yang ditanggung manusia
karena kesalahan Adam yang memakan buah terlarang itu
(lantas dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke bumi
sehingga menanggung beban kehidupan seperti yang mereka
alami; penj.) . Kemudian Adam membantah Musa dan mematahkan
argumentasinya dengan mengatakan bahwa apa yang terjadi itu
sudah merupakan ketentuan ilahi sebelum ia diciptakan, untuk
memakmurkan bumi, dan bahwa Musa juga mendapati ketentuan
ini tercantum dalam Taurat.

Hadits ini memberikan dua pengertian kepada kita. Pertama,
bahwa Musa menghadapkan celaan itu kepada Adam, bukan kepada
Hawa. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang disebutkan dalam
Taurat (sekarang) bahwa Hawa yang merayu Adam untuk memakan
buah terlarang itu tidak benar. Itu adalah perubahan yang
dimasukkan orang ke dalam Taurat.

Kedua, bahwa diturunkannya Adam dan anak cucunya ke bumi
sudah merupakan ketentuan ilahi dalam takdir-Nya yang luhur
dan telah ditulis oleh kalam ilahi dalam Ummul Kitab (Lauh
al-Mahfuzh), untuk melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
melalui risalah-Nya di atas planet ini, sebagaimana yang
dikehendaki Allah, sedangkan apa yang dikehendaki Allah
pasti terjadi.

3. Bahwa surga (jannah), tempat Adam diperintahkan untuk
berdiam di dalamnya dan memakan buah-buahannya, kecuali satu
pohon, dan disuruh hengkang dari sana karena melanggar
larangan (memakan buah tersebut), tidak dapat dipastikan
bahwa surga tersebut adalah surga yang disediakan Allah
untuk orang-orang muttaqin di akhirat kelak. Surga yang
dimaksud belum tentu surga yang di dalamnya Allah
menciptakan sesuatu (kenikmatan-kenikmatan) yang belum
pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan
tidak seperti yang terlintas dalam hati manusia.

Para ulama berbeda pendapat mengenai "surga" Adam ini,
apakah merupakan surga yang dijanjikan kepada orang-orang
mukmin sebagai pahala mereka, ataukah sebuah "jannah"
(taman/kebun) dari kebun-kebun dunia, seperti firman Allah:

Ibnul Qayyim menyebutkan kedua pendapat tersebut dengan
dalil-dalilnya masing-masing dalam kitabnya Miftahu Daaris
Sa'adah. Silakan membacanya siapa yang ingin mengetahui
lebih jauh masalah ini. Wallahu a'lam.